Kamis, 24 Juli 2014

Teka-Teki Kehidupan Fira :')

Kehidupan ternyata sudah diatur semenarik mungkin oleh yang Maha Kuasa, tidak halnya dalam kehidupan seseorang. Sebut saja Fira. Ia sangat bersyukur telah dilahirkan dan hidup di dalam keluarga yang begitu menyayanginya. Betapa ia tidak pernah menyangka pada suatu hari ia akan diberikan cobaan yang amat begitu besar. Ia harus merasakan bahwa kehidupan ini memilukan, menyenangkan, bahkan menyedihkan. Tertulis dalam catatan harian Fira :

Aku bahagia, aku senang, aku tak merasa berbeda disini. Aku tak pernah merasa diasingkan. aku bangga memiliki kedua orang tua yang hebat. Sekarang aku tumbuh remaja dan duduk di Kelas 3 di bangku Sekolah Menengah Atas. Waktu begitu cepat rasanya hingga aku harus bisa merasakan menjadi seorang remaja, yang bisa berfikir kedepan secara bijak.
***

Dikemudian hari sepulang aku bimbel, ada seseorang yang mencariku dan menanyakanku ditempat itu. Sepertinya aku tahu bahwa itu adalah teman Ayahku. Pak Bani. Setauku ia rekan kerjanya Ayah. Ternyata ia tak datang sendiri, ia bersama beberapa orang yang tak kukenal. Pak Bani memanggilku, ia terlihat bingung dan ragu berbicara denganku. Untuk memulai percakapannya, Pak Bani menanyakan kabar dan sekolahku. Singkat cerita.. ia memperkenalkanku pada seseorang yang berjilbab putih itu. Ia mengenalkan bahwa sebenarnya ialah Ibuku. Dalam hati ku, Ibu? . Ibu darimana?. Bukankah Ibuku ada di rumah, dan dialah yang melahirkan dan merawatku sedari kecil. Oh tuhan. Perempuan berjilbab putih itu pun menangis dihadapanku. Sepertinya ia merasa sangat berdosa kepadaku. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Selama pertemuan yang cukup lama itu. Perempuan tadi berkata sambil memelukku. Secara spontan dia berkata “neng….ini mamah neng. Maafin mamah, mamah baru bisa berani menemui neng. Mamah takut kalo pas neng masih kecil, neng belum bisa mengerti dan nanti neng malah benci ke mamah”. Aku kaget, terkejut dan hatiku berkata Loh… ini sebenarnya apa yang terjadi? Ada orang yang ngaku-ngaku Ibu, dan akulah anaknya. Sebenarnya aku ini siapa?

Lambat laun perempuan itu sembunyi-sembunyi memintaku untuk bisa bertemu dengannya dan ia mengatakan akan bercerita kepadaku. Anehnya aku mau saja diajak dengan sesorang yang baru kukenal. Padahal secara logika, aku tak pernah berani menemui seseorang yang masih tak kukenal. Untung saja orang itu tidak berniat jahat kepadaku.

Dari cerita yang kudengar dibeberapa pekan aku bertemu dengannya, aku paham. Bahwa dia pernah menikah dengan Ayahku, dan akulah hasil dari pernikahan mereka. Akan tetapi pernikahan mereka tak bertahan lama karena mungkin faktor penyebab bahwa istri pertama ayah tak rela dimadu dan hal yang tak dimungkinkan lagi untuk Ayah meninggalkan sang istri pertamanya. Kupikir, wanita mana yang rela dimadu? Hanya seribu satu. Diusiaku yang masih sebelas bulan, perempuan yang mengaku mamah itu berpisah dengan Ayah, dan aku hidup dengan Ayahku. Hingga saat detik ini ayah tak pernah bercerita dan memberitahuku soal perempuan yang mengaku mamah tadi. Malah aku tau sendiri apa yang sebenarnya terjadi saat bertemu dengan perempuan itu. Dalam hati kecilku bertanya. Mengapa mereka menyembunyikan ini?. Hebatnya aku tak pernah merasa bahwa aku berbeda dengan yang lain, aku merasa bebas, dan diperlakukan secara adil disini.

Singkat cerita yang tak harus kuperjelas karena mungkin ini sangat sakit. Hingga akhirnya perlahan semuanya terbongkar. Rahasia yang mengungkap bahwa siapakah aku ini? sudah terkuak. Ibuku, atau istri pertama Ayah yang menjadi saksi nyata perjalanan hidupku bercerita begitu amat menyedihkan dan menyakitkan. Dan aku tahu itu. Aku pun mengerti. Karena aku wanita.

Dan untuk perempuan yang sudah menemuiku dan mengaku bahwa ia adalah mamahku. Aku pun paham bagaimana ketika engkau salah dimasa kelammu bersama Ayah sehingga merasa berdosa kepadaku bahkan kepada Ayahku. Dan pada intinya tak ada yang harus dipersalahkan lagi, semua harus dijalankan dengan hati yang lapang dan ikhlas menerima apapun yang sudah terjadi. Dan untuk Ayah yang kukenal sangat baik tentunya engkau takan pernah mengulangi kesalahan dan masuk kejurang yang sama.
***

Kehidupan semua telah berubah saat aku lulus di bangku SMA, aku harus bisa melangkah kedepan dengan baik. Sebagai anak harus bisa menghargai siapa yang melahirkan apalagi yang merawatku dan mengasuhku sedari kecil. Aku sangat menghargai istri pertama Ayah, bahkan aku nyaman tinggal disini dan hidup lama bersama mereka. Berbeda dengan yang mengaku ialah mamahku, aku masih merasa berbeda dan asing, walau dia adalah ibu kandungku, perasaan aku tetap beda. Aku lebih nyaman bersama istri pertama ayah.
Dan untuk yang mengaku mamahku, berbahagialah dengan kehidupanmu yang sekarang, aku hanya bisa membantumu dengan do’a dari kejauhan dan bila ada waktu akan kutemui dan kutanya bagaimana kabarmu nanti. Maafkan aku karena kau sangat menghargai perasaan ibuku yang merawatku dan aku sangat menyayanginya. Engkau pasti paham itu!

Ya Ilahi rabbi..kepada engkaulah sang maha kuasa aku sangat berterimakasih dan bersyukur, mungkin atas kasih sayangmu yang tak pernah berujung, engkau tolong aku dan engkau tempatkan aku didalam keluarga yang amat berharga bagiku.
***


Catatan untuk semua Ayah, ibu, Kakak, teteh.

Kepada Ayah… terimakasih telah membawa Aku. Terimakasih sudah menerimaku, andai masa kelam pertengkaranmu dengan seseorang itu engkau mengabaikan aku. Entah aku akan seperti apa nanti. Saat ini Aku paham posisimu Ayah. Dan sudahlah lupakan masa itu. Karena aku tahu engkau sudah berbeda dengan yang dulu. Saat ini engkau lebih bijaksana, lebih hati-hati, dan lebih menjaga, dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Perjuanganmu dan pengorbananmu yang amat sangat aku hargai. Tak akan pernah aku khianati bahkan aku kecewakanmu Ayah.

Kepada ibuku…yang merawatku, memberikanku kasih sayang yang tak ternilai harganya, aku takan pernah melupakanmu ibu. Aku masih ingat saat itu pekerjaan ayah masih macet, aku harus sekolah dan ibu tetap memberikanku jajan, padahal aku tahu saat itu ibu tak diberi uang bulanan oleh ayah. Dari situ aku mengerti betapa sayangnya engkau ibu. Engkau selalu sabar dan tabah dengan apa yang terjadi. Hatimu sekuat apa bu?. Aku sangat terenyah dengan ketulusan dan kesabaranmu ibu. Aku takan pernah mengecewakanmu bu, walau aku kadang bandel tapi aku masih bisa mengendalikan diri karena aku selalu  mengingat setiap jasamu bu. Terimakasih ibuku sayang.

Kepada kakak ku, aku takan pernah melupaimu saat engkau memarahi kebandelanku, bandel disini dalam artian “aku pernah salah” , semisalnya aku kadang pernah tak nurut dengan orang tua, kadang berbohong, dan lainnya. Maafkan kesalahanku. Dan aku berterimakasih atas perhatianmu kakak. Aku sayang kakak.

Kepada teteh yang berjiwa besar dan sabar, aku bangga teh. Aku meminta maaf dengan pikiranku yang kadang masih kekanakan. Begitu berjiwa besarnya engkau. Aku yang kadang….menyadari dan tak menutup kemungkinan bahwa benar selama ini aku lebih disayang  dan lebih diutamakan oleh Ayah. Dari segi pendidikan atau hal lainnya. Aku tak mengerti. Tapi tujuan Ayah sama pastinya ingin anaknya bahagia. Teteh sangat legowo sekali atas apa yang dirasakannya. Aku paham teh. Aku merasakan. Yakin teh dibalik ini semua pasti ada buah manisnya. Termakasih teh sudah bisa mendidik adiknya yang masih butuh nasihat dan masih butuh arahan.

***

Begitulah sekilas catatan harian Fira.
Banyak belajarlah dari apa yang sudah terjadi. Kehidupan memang memiliki banyak teka-teki, dan disanalah kita harus mampu mengisi teka-teki tersebut dengan baik !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar